Pemikiran Tokoh Neo marxisme Antonio Gramsci - Gramsci mempunyai peran penting dalam transisi dari determinisme ekonomi menuju posisi Marxian yang lebih modern. Ia bersikap kritis terhadap pandangan marxis yang deterministis, fatalistis, dan mekanistis. Ia mengakui ada sejumlah keteraturan sejarah, tapi dia menolak pandangan bahwa sejarah berlaku secara otomatis dan tidak terhindarkan.
Jadi manusia harus berbuat aktif dalam menentukan sejarahnya. Gramsci mengakui pentingnya faktor struktural, khususnya ekonomi, dia tidak percaya bahwa faktor-faktor struktural menggiring massa untuk membangkang.
Maka dari itu massa harus mengembangkan ideologi revolusioner yang dilakukan secara bersama-sama atau tidak sendirian. Tapi dalam mengembangkan ideologi revolusioner massa membutuhkan bantuan dari elit-elit sosial. dan setelah terpengaruh massa akan melakukan aksi revolusi.
Gramsci juga memusatkan perhatiannya pada gagasan kolektif daripada struktur sosial. Salah satu sumbangan Gramsci yang penting yaitu konsep yang mencerminkan hegelianismenya yaitu hagemoni. Hagemoni di artikan sebagai sebuah kepemimpinan budaya yang di jalankan oleh kelas yang berkuasa. Hagemoni juga berarti situasi dimana suatu ‘blok historis’ faksi kelas berkuasa menjalankan otoritas sosial dan kepemimpinan atas kelas-kelas subordinat melalui kombinasi antara kekuatan dengan persetujuan
Teori hegemoni Antonio Gramsci menganalisa berbagai relasi kekuasaan dan penindasan di masyarakat. Lewat perspektif hegemoni, akan terlihat bahwa penulisan, kajian suatu masyarakat, dan media massa merupakan alat kontrol kesadaran yang dapat digunakan kelompok penguasa. Alat kontrol tersebut memainkan peranan penting dalam menciptakan lembaga dan sistem yang melestarikan ideologi kelas dominan.
Dalam analisis gramcian, ideologi di pahami sebagai ide, makna, dan praktik, walaupun mengklaim sebegai kebenaran universal, merupakan peta makna yang menopang kekuasaan kelompok sosial tertentu.
Hagemoni menyusup lewat tatanan nilai dan sistem makna yang dihayati masyarakat. Sehingga kelompok-kelompok yang terhegemoni menyepakati nilai-nilai ideologis penguasa tanpa pemaksaan secara fisik. Kalau marxis ekonomi cenderung menitik beratkan kepada ekonomi dan aspek koersif dominasi Negara,
Baca Juga : Pemikiran Tokoh Neo Marxisme Louis Altrusser
Gramsci menitik beratkan hagemoni dan kepemimpinan budaya. Menurut Gramsci untuk mengendalikan ekonomi dan aparatus negara cukuplah di gunakan revolusi; juga perlu meraih kepemimpinan budaya terhadap seluruh masyarakat. Seperti peran kunci intelektual komunitas dan partai dalam menentukan arah suatu masyarakat. Ini menunjukan bahwa Gramsci telah bergerak semakin jauh dari akar determinisme ekonomi Marxian tradisional.
Namun gramsci tidak hanya menjabarkan hegemoni namun juga beberapa hal lain yakni : Perang posisi gramsci : menurutnya apa yang dinamakan perang posisi adalah bagaimana subyek dapat mengambil concern (persetujuan-persetujuan) yang menjadi legitimasi kekuasaan yang dapat mengikat kelas-kelas sosial yang ada dalam suatu komunitas.
Teori hegemoni sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi tradisi Marxis. Menurut Femia pengertian semacam itu sudah dikenal oleh orang Marxis lain sebelum Gramci, seperti; Karl Marx, Sigmund Freud, Sigmund, Simmel. Yang membedakan teori hegemoni Gramci dengan penggunaan istilah serupa itu sebelumnya adalah; Pertama, ia menerapkan konsep itu lebih luas bagi supremasi satu kelompok atau lebih atas lainnya dalam setiap hubungan sosial, sedangkan pemekaian istilah itu sebelumnya hanya menunjuk pada relasi antara proletariat dan kelompok lainnya.
Kedua, Gramci juga mengkarakterisasikan hegemoni dalam istilah “pengaruh kultural”, tidak hanya “kepemimpinan politik dalam sebuah sistem aliansi” sebagaimana dipahami generasi Marxis terdahulu (Femia, 1983).
Pelaksanaan hegemoni Gramsci memiliki dua tahapan:
1. Tahap dominasi,
2. Tahap pengarahan.
Tahap dominasi dilakukan oleh kelompok/isntutusi/negara/kelas yang ingin memasukkan ide atau pahamnya, sedangkan tahap pengarahan merupakan pengarahan yang dilakukan oleh pihak yang telah berhasil melakukan dominasi terhadap kelas/kelompok yang terdominasi.
Jadi manusia harus berbuat aktif dalam menentukan sejarahnya. Gramsci mengakui pentingnya faktor struktural, khususnya ekonomi, dia tidak percaya bahwa faktor-faktor struktural menggiring massa untuk membangkang.
Maka dari itu massa harus mengembangkan ideologi revolusioner yang dilakukan secara bersama-sama atau tidak sendirian. Tapi dalam mengembangkan ideologi revolusioner massa membutuhkan bantuan dari elit-elit sosial. dan setelah terpengaruh massa akan melakukan aksi revolusi.
Gramsci juga memusatkan perhatiannya pada gagasan kolektif daripada struktur sosial. Salah satu sumbangan Gramsci yang penting yaitu konsep yang mencerminkan hegelianismenya yaitu hagemoni. Hagemoni di artikan sebagai sebuah kepemimpinan budaya yang di jalankan oleh kelas yang berkuasa. Hagemoni juga berarti situasi dimana suatu ‘blok historis’ faksi kelas berkuasa menjalankan otoritas sosial dan kepemimpinan atas kelas-kelas subordinat melalui kombinasi antara kekuatan dengan persetujuan
Teori hegemoni Antonio Gramsci menganalisa berbagai relasi kekuasaan dan penindasan di masyarakat. Lewat perspektif hegemoni, akan terlihat bahwa penulisan, kajian suatu masyarakat, dan media massa merupakan alat kontrol kesadaran yang dapat digunakan kelompok penguasa. Alat kontrol tersebut memainkan peranan penting dalam menciptakan lembaga dan sistem yang melestarikan ideologi kelas dominan.
Dalam analisis gramcian, ideologi di pahami sebagai ide, makna, dan praktik, walaupun mengklaim sebegai kebenaran universal, merupakan peta makna yang menopang kekuasaan kelompok sosial tertentu.
Hagemoni menyusup lewat tatanan nilai dan sistem makna yang dihayati masyarakat. Sehingga kelompok-kelompok yang terhegemoni menyepakati nilai-nilai ideologis penguasa tanpa pemaksaan secara fisik. Kalau marxis ekonomi cenderung menitik beratkan kepada ekonomi dan aspek koersif dominasi Negara,
Baca Juga : Pemikiran Tokoh Neo Marxisme Louis Altrusser
Gramsci menitik beratkan hagemoni dan kepemimpinan budaya. Menurut Gramsci untuk mengendalikan ekonomi dan aparatus negara cukuplah di gunakan revolusi; juga perlu meraih kepemimpinan budaya terhadap seluruh masyarakat. Seperti peran kunci intelektual komunitas dan partai dalam menentukan arah suatu masyarakat. Ini menunjukan bahwa Gramsci telah bergerak semakin jauh dari akar determinisme ekonomi Marxian tradisional.
Namun gramsci tidak hanya menjabarkan hegemoni namun juga beberapa hal lain yakni : Perang posisi gramsci : menurutnya apa yang dinamakan perang posisi adalah bagaimana subyek dapat mengambil concern (persetujuan-persetujuan) yang menjadi legitimasi kekuasaan yang dapat mengikat kelas-kelas sosial yang ada dalam suatu komunitas.
Teori hegemoni sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi tradisi Marxis. Menurut Femia pengertian semacam itu sudah dikenal oleh orang Marxis lain sebelum Gramci, seperti; Karl Marx, Sigmund Freud, Sigmund, Simmel. Yang membedakan teori hegemoni Gramci dengan penggunaan istilah serupa itu sebelumnya adalah; Pertama, ia menerapkan konsep itu lebih luas bagi supremasi satu kelompok atau lebih atas lainnya dalam setiap hubungan sosial, sedangkan pemekaian istilah itu sebelumnya hanya menunjuk pada relasi antara proletariat dan kelompok lainnya.
Kedua, Gramci juga mengkarakterisasikan hegemoni dalam istilah “pengaruh kultural”, tidak hanya “kepemimpinan politik dalam sebuah sistem aliansi” sebagaimana dipahami generasi Marxis terdahulu (Femia, 1983).
Pelaksanaan hegemoni Gramsci memiliki dua tahapan:
1. Tahap dominasi,
2. Tahap pengarahan.
Tahap dominasi dilakukan oleh kelompok/isntutusi/negara/kelas yang ingin memasukkan ide atau pahamnya, sedangkan tahap pengarahan merupakan pengarahan yang dilakukan oleh pihak yang telah berhasil melakukan dominasi terhadap kelas/kelompok yang terdominasi.