Teori Strukturasi Anthony Giddens


Teori Strukturasi Anthony Giddens, inti teori strukturasi Giddens berfokus pada praktik sosial, adalah teori hubungan antara agensi dengan struktur.

Menurut Bernstein inti teori strukturasi ditunjukan untuk menjelaskan dualitas dan hubungan dialektis antara agensi dengan struktur.

Semua tindakan sosial melibatkan struktur dan semua struktur melibatkan tindakan sosial, dan terjalin erat dalam aktivitas atau praktik yang terus menerus dijalankan manusia.

Jadi menurut teori ini praktik sosial yang dijalankan oleh manusia merupakan hasil dari suatu hubungan dialektis yang bersifat dualitas antara agensi dengan struktur.

Agensi diartikan sebagai individu yang bertanggung jawab atas peristiwa dan peristiwa tidak akan terjadi jika individu tidak intervensi.

Sedangkan struktur ialah hal-hal yang menstrukturkan seperti aturan dan sumber daya serta sarana yang memungkinkan pengikatan ruang dan waktu yang mereproduksi praktik-praktik sosial dalam sitem-sistem sosial kehidupan masyarakat.

Menurut analisis kami menggunakan teori strukturasi mengenai praktik pendidikan seperti di sekolah dalam upaya melestarikan kebudayaan lokal bahwa sekolah dalam melestarikan kebudayaan lokal sangat berperan, karena sekolah dengan kurikulumnya akan menjadi struktur dan guru serta peserta didik dapat menjadi agensi dalam melestarikan kebudayaan lokal.
Pada prosesnya struktur seperti kurikulum di sekolah terus di produksi dan direproduksi serta memiliki hubungan dualitas dengan agensi yang pada akhirnya akan melahirkan berbagai praktik sosial sebagaimana tindakan sosial para guru dan murid dalam mengupayakan kebertahanan kebudayaan lokal yang dimulai dari sekolah.

Praktik sosial bersifat berulang dan berpola dalam lintas ruang dan waktu, praktik sosial itu sendiri dapat berupa kebiasaan-kebiasaan seperti latihan menarikan tari-tarian kebudayaan lokal untuk dipertunjukan pada acara perpisahan disekolah yang dilakukan setiap tahunnya, hal tersebut merupakan suatu praktik sosial yang terbentuk disekolah dalam upaya memperkenalkan dan membertahankan kebudayaan-kebudayaan lokal.

Dalam praktik sosial yang berpola dan berulang itulah terjadi dualitas antara pelaku (tindakan) dan struktur. dualitas relasi tersebut terletak dalam fakta bahwa struktur mirip dengan pedoman, yang menjadi prinsip praktik-praktik sosial berlangsung.

Giddens melihat tiga gugus struktur. 
Pertama struktur signifikansi yang menyangkut skemata simbolik atau pemaknaan, penyebutan, dan wacana. Dalam hal ini seperti pemaknaan siger sebagai simbol lampung yang kemudian digunakan sebagai desain gerbang di sekolah.

Kedua struktur dominasi yang mencakup skemata penguasaan atas orang dan barang. dalam hal ini seperti kurikulum yang berjalannya praktik pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang merupakan bentuk dominasi pemerintah di sekolah.

Ketiga struktur legitimasi yang menyangkut skemata normatif yang terungkap dalam undang-undang. Dalam hal ini seperti undang-undang pendidikan nasional yang mengatur tujuan pendidikan nasional.

Ketiga gugus tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam upaya melestarikan kebudayaan lokal, dalam hal ini.

Teori strukturasi melihat struktur dalam kehidupan masyarakat sebagai sesuatu yang tidak lepas dari tindakan manusia yang berada di dalamnya, begitu pula sebaliknya.

Tindakan orang itu semua dipengaruhi oleh karakteristik struktural dari masyarakat dimana orang itu dibesarkan dan hidup, pada saat yang sama manusia menciptakan (dan juga sampai batas tertentu mengubah) karakteristik struktural dalam tindakan mereka.

Dalam hal ini tindakan aktor dalam melestarikan kebudayaan lokal tidak dapat terlepas masyarakat dimana ia berada, namun disisi lain tindakannya tersebut merupakan suatu bentuk kesadaran yang tercipta dari dalam dirinya sendiri dengan motif yang dapat berbeda-beda antara agensi satu dengan agensi yang lainnya.

Dalam konteks masyarakat waymuli dengan karakteristik sebagai masyarakat pendatang yang berasal dari suku jawa dan sunda, maka mereka akan mencerminkan kebudayaannya masing-masing.

Namun karena mereka berada di Lampung, mereka dituntut untuk berpartisipasi dalam upaya melestarikan kebudayaan lokal, hal tersebut akan mempengaruhi tindakan sosial agen dalam paraktik sosialnya dengan masyarakat khususnya sekolah, dan agen memiliki kemampuan dalam menciptakan perbedaan sosial di dunia sosialnya.

Hal tersebut yang akan berdampak bagaimana praktik pendidikan di sekolah melestarikan kebudayaan lokal berlangsung.

Dualitas antara struktur dan pelaku terletak dalam proses dimana struktur sosial merupakan hasil (outcome) dan sekaligus sarana (medium) praktik sosial. Struktur analog dengan langue (yang mengatasi ruang dan waktu), sedangkan praktik sosial analog dengan parole (dalam waktu dan ruang).

Berdasarkan prinsip dualitas tersebut itulah dibangun teori strukturasi

Dalam hal ini kurikulum yang di dalamnya terdapat intruksi untuk melestarikan kebudayaan lokal sebagai salah satu struktur dalam proses pendidikan merupakan refleksi dari masyarakat lampung khususnya desa waymuli dan sekitarnya dimana di dominasi masyarakat pendatang dan dan minoritas asli lampung yang kedua-duanya mulai melupakan kebuadayaan lamnpung sehingga mendorong pemerintah daerah untuk membuat suatu kurikulum yang mampu menjaga kebertahanan kebudayaan lokal.

Kurikulum yang merupakan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah menjadi sarana strategis untuk melestarikan kebudayaan lokal.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Teori Strukturasi Anthony Giddens